Sedikit Kiat Menjalankan Minimarket
Setelah menginjak pada bagian ketujuh,
selesailah tahapan-tahapan mendirikan dan menjalankan minimarket
mandiri non waralaba atau non franchise. Pada bagian kedelapan ini pada
dasarnya merupakan rangkuman dari tulisan-tulisan saya sebelumnya dari
bagian kesatu sampai dengan bagian ketujuh. Saya sarikan sebagai sebuah
kiat bagaimana mengelola minimarket. Sebenarnya tulisan pada bagian
kedelapan ini adalah re-post dari tulisan saya sebelumnya, namun tidak
ada salahnya saya tuliskan kembali untuk dikelompokkan menjadi satu
dengan tulisan-tulisan saya yang lainnya mengenai tahapan mendirikan
minimarket non waralaba. Silahkan anda kembangkan sesuai dengan kondisi
dan situasi minimarket anda masing-masing;
1. Jangan takut untuk memulai. Mulailah
dengan apapun yang kita punya saat ini. Jangan terlalu memikirkan takut
rugi dan tidak akan laku barang yang dijual. Pokoknya jalankan dulu,
baru kemudian dipikir belakangan hal-hal yang lainnya. Yang penting ada
niatan berwirausaha, sambil jalan kita bisa memikirkan beberapa strategi
bagaimana kita bisa membesarkan minimart kita nantinya. Saya dulu
memulai dengan 2 rak kecil di garasi rumah yang saya sulap jadi sebuah
warung kelontong kecil
2. Mulailah memikirkan strategi untuk
mengembangkan minimarket kita tadi. Dalam benak saya waktu itu adalah
bahwa sekarang banyak sekali minimart-minimart di pinggir jalan.
Berjejer-jejer dengan jarak yang boleh dibilang sangat dekat. Distribusi
pelanggan sangat merata bahkan jumlah minimart seolah lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah pelanggannya. Waktu itu saya berpikir kalau
bersaing dengan mereka dengan menyewa atau membeli sebuah ruko yang
sama-sama di pinggir jalan, jelas saya akan kalah bersaing. Dari sisi
pasokan atau distribusi stock barang mereka kuat. Kemudian muncul di
benak saya, kenapa tidak mendirikan minimart di tengah kampung atau
komplek perumahan. Saya membeli sebuah rumah tipe 54/140 di tengah
kampung/komplek dan saya sulap menjadi sebuah minimart
3. Bertanyalah kepada ahlinya. Pertama
kali yang saya lakukan adalah membuat desain minimart dan
trade-mark/logo dari minimart saya. Saya minta seorang arsitek utk
membuatkan logo minimart saya. Logo adalah penting untuk merk
dagang/minimart yang kita punya. Pelanggan akan lebih mengenal minimart
kita salah satunya dari logo yang kita punya. Kemudian yang kedua
merombak dan merenovasi bangunan tadi menjadi sebuah minimart yang siap
untuk diisi dengan perangkat-perangkatnya seperti rak, meja kasir,
dll-nya. Saya maksimalkan bangunannya menjadi 140M2, seluruhnya untuk
minimart. Yang ketiga saya mencoba mencari tahu dimana kira-kira saya
bisa mendapatkan perkakas-perkakas minimart. Ternyata di Jogja ada satu
perusahaan yang menjual perkakas-perkakas khusus untuk keperluan
minimart, dari rak (baru/bekas), meja kasir, barcode reader, sampai
program POS-nya. Semua keperluan minimart saya beli dari mereka, karena
mereka memberikan harga yg cupuk kompetitif
4. Jangan malu dan malas untuk masuk
dari satu pasar tradisional ke pasar tradisional yang lain. Pada awal
mula usaha saya berjalan, seperti yang sudah disebutkan diatas, saya
mulai dari sebuah warung kelontong kecil. Untuk mengisi barang-barang di
warung kelontong itu, saya tidak segan-segan masuk dari pasar ke pasar
untuk berbelanja, karena disana tempat ngumpulnya para sales yang secara
rutin mendistribusikan berbagai macam produk ke beberapa toko grosir di
pasar tersebut. Sambil kita berbelanja kita juga berkenalan dengan
sales-sales ini. Kita minta no kontak mereka, untuk kita hubungi suatu
saat nanti warung kelontong kita berubah menjadi sebuah minimart. Dan
itulah yang terjadi dengan minimart saya sekarang ini, sebagian besar
sales datang ke minimart untuk mendrop barang. Walaupun saya masih
sering juga pergi ke pusat-pusat grosir di Jogja untuk berbelanja karena
memanfaatkan kartu keanggotaan yang bisa mendapatkan harga belanja yang
kompetitif.
5. Modernisasikan minimart kita. Berikan
kesan minimart kita enak dikunjungi pembeli. Masukkan semua item yang
dijual di minimart kita pada sebuah program POS (point of sales) dan
gunakan barcode reader untuk memanggil item yang dijual tersebut. Pada
saat transaksi di depan kasir, pembeli akan merasa nyaman karena
pelayanan kasir bisa lebih cepat dengan menggunakan cara demikian.
Berikan kesan aman kepada pembeli pada saat mereka masuk dan berbelanja
di minimart kita. Untuk itu saya pasang CCTV di minimart saya, untuk
memberikan kesan aman bukan sebaliknya mengawasi mereka. Pasang AC atau
kipas angin untuk kenyamanan pengunjung. Selalu berikan kesan bersih dan
rapi pada suasana minimart kita, sehingga pembeli betah berlama-lama
untuk berbelanja.
6. Berikan pelayanan sebaik-baiknya
kepada pelanggan. Karena beda uang 5 rupiah mereka bisa lari ke minimart
ato warung kelontong sebelah. Untuk menjaga jangan sampai terjadi,
barengi dengan memberikan layanan kepada pembeli dengan ramah, dengan
senyuman. Saya membuat seragam untuk para karyawan saya. Setiap hari
seragamnya berganti warna dan corak hanya untuk memberikan kesan bahwa
kita memberikan pelayanan optimal, ramah, bersih dan rapi dari para
karyawan kita.
7. Anggap karyawan kita seperti keluarga
kita sendiri. Berikan kepercayaan kepada meraka, jangan ditekan, jangan
dibentak, jangan diteriaki. Mereka salah satu tulang punggung usaha
kita. Rangkul meraka dan anggap sebagai keluarga sendiri. Niscaya dengan
begitu mereka juga akan secara penuh tanggung jawab menjalankan
kewajibannya dan ada perasaan memiliki dan tentu saja rasa bertanggung
jawab untuk ikut membesarkan usaha minimart tadi secara bersama-sama
8. Hati-hati menggunakan uang hasil
usaha. Jangan campur adukkan dengan uang pribadi atau uang hasil usaha
yang lainnya. Secara bijak pergunakan uang yang didapatkan dari
penjualan untuk membeli barang yang habis dan mengisi dengan item-item
baru. Dengan demikian apa yang tersedia di minimart kita semakin hari
semakin lengkap, sehingga lambat-laun minimart kita menjelma menjadi
sebuat minimart yang bener-bener komplit. Kalau kesan pertama yang
muncul di benak pembeli bahwa minimart kita bersih, nyaman, aman, dan
komplit maka bisa dipastikan mereka tidak akan pernah keluar
kampung/komplek untuk membeli barang-barang keperluan sehari-hari, cukup
datang ke minimart kita
9. Paksakan untuk menyisihkan keuntungan
setiap harinya dan pasang target berapa minimal per hari yang harus
disisihkan. Misalnya hari ini harus disisihkan 10rb, hari berikutnya
harus 20rb dan seterusnya yg setiap hari target tadi sebisa mungkin
terus meningkat. Pada saat akhir bulan akan terkumpul sejumlah uang dari
hasil “memaksa” tsb tadi. Uang ini adalah murni keuntungan diluar uang
yang sudah kita putar untuk belanja barang yang habis, mengisi
barang-barang baru, menggaji karyawan dan kegiatan operasional minimart
yang lainnya spt biaya listrik dan air. Investasikan uang hasil
keuntungan bersih ini. Kalau saya mempunyai cara tidak memasukkan uang
tadi ke bank, tetapi saya belikan emas, karena dengan begitu saya
“mempekerjakan” uang saya tadi kembali.
Selamat memulai usaha minimarket non waralaba…salam sukses untuk kita bersam
Belum ada tanggapan untuk "Bagian Kedelapan Memulai Minimarket Mandiri:"
Post a Comment